S e l a m a t   D a t a n g di Blog Pusat Sumber Belajar SMA Negeri 1 Kota Cirebon Info : Ferifikasi Data Siswa Baru/PPDB SMA RSBI Negeri 1 Kota Cirebon dari tanggal 5 - 15 Mei 2012 silahkan Klik ke www.smansa.ppdbrsbi-cirebon.org

Kamis, 22 Juli 2010

James B. Sumner, Penerima Hadiah Nobel Kimia tahun 1946


James Batcheller Sumner dilahirkan di Canton, Massachusettes, pada tanggal 19 November 1887, sebagai anak laki-laki dari pasangan Charles Sumner dan Elizabeth Rand Kelly. Nenek moyangnya adalah orang yang memegang teguh pada tata susila yang datang dari Bicester, Inggris pada tahun 1696 dan menetap di Boston. Ayahnya memiliki daerah pedesaan yang luas, sedangkan kakeknya memiliki pertanian dan pabrik katun. Young Sumner mengikuti pendidikan di Eliot Grammar School selama beberapa tahun dan kemudian dikirim ke sekolah Roxbury Latin. Di sekolah ia merasa bosan dengan semua mata pelajaran kecuali fisika dan kimia. Ketertarikannya pada senjata api dan sering pergi berburu. Ketika sedang berburu sejenis burung belibis di usia 17 tahun, secara tidak sengaja lengan kirinya tertembak oleh temannya sendiri; akibatnya, tangan kirinya harus diamputasi tepat di bawah sikutnya. Setelah hanya memiliki satu tangan, lantas ia pun harus belajar untuk melakukan segala hal dengan tangan kanannya. Kehilangan tangannya membuatnya mengerahkan segala kemampuan hingga melampaui batas dalam olahraga athletik, seperti tennis, ski, skate, biliar.

Pada tahun 1906, Sumner mendaftar ke kampus Harvard; ia lulus pada tanggal 1910, terfokus di bidang ilmu kimia. Stelah melewati masa kerja yang singkat di pabrik merajut katun yang dimiliki pamannya, tipe pekerjaan yang tidak membuatnya tertarik, ia pun menerima jabatab mengajar di Kampus Mc. Allison, Sackville, New Brunswick. Hal ini diikuti dengan beasiswa yang didapatkan sebagai asisten dalam ilmu kimia di Institut Politekhnik Worcester, Massachusettes, pada tahun 1911, yang kemudian ia berhenti bekrja pada tahun 1912 untuk mempelajari biokimia dengan Profesor Otto Folin di Sekolah Kedokteran Harvard. Meski Folin menyarankannya untuk mengambil jurusan Hukum, karena ia berpikir bahwa laki-laki bertangan satu tidak akan sukses di bidang ilmu kimia, Sumner pun tetap bersikeras dan mendapatkan gelar Ph.D. pada bulan Juni 1914. Beberapa bulan berikutnya dalam perjalanannya di Eropa, ia terdampar di Swiss selama sebulan ketika pecah Perang Dunia I. Selama periode ini, ia menerima undangan untuk menjadi Asisten Profesor Biokimia di Sekolah Kedokteran Cornell, Ithaca, New York, sebuah jabatan yang dipegang hingga tahun 1929, ketika ia berhasil menjadi Profesor Biokimia penuh.

Penelitian Sumner di Cornell bermula mengenai metode analisis; meski kerja kerasnya ia tak pernah mendapatkan hasil apapun yang menarik. Ia kemudian memutuskan untuk mengisolasi enzim dalam bentuk murni, sebuah tujuan embisius yang belum pernah dicapai oleh siapapun saat itu, tapi merupakan tipe penelitian yang cocok dengan peralatannya dan staf laboratorium yang sangat sedikit. Khususnya, ia bekerja dengan urease.

Selama beberapa tahun penelitiannya tidak berhasil, tapi meski koleganya telah kehilangan semangat yang meragukan apakah ada enzim yang bisa diisolasi dalam keadaan murni, ia tetap melanjutkan pekerjaannya. Pada tahun 1921, ketika penelitiannya masih dalam tahap awal, ia telah mendapat jaminan biaya penelitian dari Yayasan Amerika-Belgia dan memutuskan untuk pergi ke Brussel untuk bekerja dengan Jean Effront, yang telah menulis beberapa buku mengenai enzim. Bagaimanapun, rencana itu gagal karena Effront menganggap bahwa ide Sumner untuk mengisolasi urease sangat konyol. Kembali ke Ithaca, akhirnya ia meringkas penelitiannya, pada tahun 1926, ia berhasil (“Saya pergi menelpon dan berkata kepada istri saya bahwa saya telah mengkristalkan enzim pertama”, tulisnya dalam catatan autobiografi). Isolasi dan kristalisasi urease yang dilakukannya mendapat beragam respon; bahkan hampir diabaikan oleh kebanyakan ahli biokimia, tapi hal itu membuatnya mendapat beasiswa profesor penuh pada tahun 1929.

Secara bertahap, mulai banyak orang yang mengenalinya. Pada tahun 1937, ia diberikan Beasiswa Guggenheim; ia pergi ke Uppsala dan bekerja di laboratorium Profesor The Svedberg selama lima bulan. Ia mendapat penghargaan medali Scheele di Stockholm pada tahun yang sama. Ketika Northrop, dari Institut Rockefeller, mendapatkan pepsin kristal, dan juga enzim-enzim yang lain, segalanya mulai jelas bahwa Sumner telah merencanakan metode kristalisasi umum untuk enzim. Pihak-pihak yang awalnya menolak, mulai mengakui klaim Sumner dan Northrop- dan Willstätter adalah yang paling terakhir mengakui-dan puncak pengakuan datang pada tahun 1946, ketika hadiah Nobel diberikan kepada Sumner dan Northrop. Pada tahun 1948, Sumner terpilih untuk Akademi Sains Nasional (Amerika Serikat).

Sumner menikah tiga kali; Pada tahun 1915, ia menikah dengan Bertha louise Ricketts yang kemudian ia ceraikan. Mereka memiliki enam anak, datu di antaranya meninggal ketika masih kecil. Pada tahun 1931 ia menikahi Agnes Paulina Lundkvist, dan akhirnya pada tahun 1943 dengan Mary Morrison Baeyer. Ia meninggal karena kanker pada tanggal 12 Agustus 1955.

Richard Zsigmondy, Pemenang Hadiah Nobel Kimia pada tahun 1925


Richard Adolf Zsigmondy dilahirkan di Vienna pada tanggal 1 April 1865. Ayahnya, dokter Adolf Zsigmondy, telah melakukan banyak hal dalam mempromosikan dunia kedokteran gigi di Austria, telah menemukan beberapa instrumen dan peralatan bedah , dan telah mempublikasikan beberapa penelitian medis dan ilmiah. Ia mendorong minat keempat anaknya dalam ilmu sains alam. Ia wafat ketika Zsigmondy masih berusia 15 tahun. Ibu Zsigmondy, Irma von Szakmary, memberi semangat anak-anaknya untuk menjalani kehidupan alam, untuk tertarik pada seni dan mengikuti kecenderungan mereka. Zsigmondy dan kakaknya menghabiskan banyak waktu dalam memanjat, naik gunung, berenang dan menyelam.

Ketertarikan Zsigmondy dalam ilmu kimia dan fisika dibangun di usia dini; ia mempelajari buku teks Stoeckhardt yang berjudul Schule der Chemie dan melakukan banyak eksperimen yng disebutkan di sini dalam laboratorium kecil di rumahnya. Ia juga banyak terpengaruh oleh buku teks ilmu kimia yang ditulis oleh Berzelius dan Roscoe-Schorlemmer.

Di bawah bimbingan Profesor E. Ludwig di fakultas medis di Vienna, ia mempelajari fakta dasar tentang analisis kuantitatif. Ia lalu melanjutkan ke Technische Hochshule di Vienna dan pada tahun 1887, pergi ke Munich untuk membaca kimia organik di bawah bimbingan Profesor W. Von Miller. Setelah mendapatkan gelar doktornya, ia menetap sebagai asisten Profesor von Miller dan selanjutnya menerima posisi yang sama sebagai asisten ahli fisika Profesor Kundt di berlin. Pada tahun 1893, ia memenuhi persyaratan sebagai pengajar di technische Hochshule di Graz dan juga menerima jabatan pengajar di sana. Penelitiannya tentang warna lustre untuk kaca dan guci mempengaruhinya untuk mempelajari lebih lanjut dengan kimia koloid, dan mengarah pada perjanjian denganpenelitian kaca Schott und Genossen di jena, di mana ia menetap hingga tahun 1900. Ia tinggal untuk mengejar karir ilmiah secara eksklusif. Selama periode ini, ia menemukan bagaimana menyiapkan hidrosol emas yang bisa dulangi, dan juga mengembangkan slit mikroskop dengan kolaborasi bersama dengan Siedentopf.

Pada tahun 1907, Zsigmondy ditunjuk sebagai Profesor dan Direktur Institut Kimia Orgnik di Universitas Göttingen, di mana ia menetap hingga pensiun pada bulan Februari 1929. Setelah Perang Dunia I, khususnya pada tahun 1922 dan 1923, Institut menderita kekurangan bahan kimia sederhana dan penelitian menjadi sulit dilakukan. Pada tahun 1925, Zsigmondy mendapat penghargaan Hadiah Nobel Kimia untuk penelitiannya pada larutan koloid alam yang heterogen. Hal ini memungkinkannnya untuk mengatasi, dengan penuh rasa syukur, semua kesulitan yang ia temukan pada tahun-tahun sebelumnya. Terpisah dari bukunya yang berjudul Lehrbuch der Kolloidchemie Zsigmondy juga mempublikasikan buku berjudul Über das kolloide Gold dengan kerjasama bersama P.A. Thiessen. Menantunya, Dr. Erich Huckel, yang juga bagian dari timnya, mengkontribusikan sebuah buku teori adsorpsi kumpulan paper Kolloidforschung in Einzeldarstellungen yang ditulis Zsigmondy.

Zsigmondy menikah dengan Laura Luise, nѐe Muller, putri Profesor Wilhelm Müller, pengajar di Anatomi Patologi di Jena pada tahun 1903. Memiliki dua orang putri, Annemarie dan Käthe, sebagai hasil dari pernikahannya. Pada tahun 1925, Annemarie menikah dengan Dr. Erich Huckel Göttingen, yang ketika di Zurich adalah asisten Profesor Debye, dan belakangan menjadi pengajar di sana.

Ia wafat di Göttingen pada tanggal 24 September 1929.

Paul Sabatier, Penerima hadiah Nobel Kimia tahun 1912


Paul Sabatier dilahirkan di Carcasonne di Perancis Utara pada tanggal 5 November 1854. Ia dididik di Lycѐe dan disiapkan di Toulouse untuk ujian masuk ke École Polytechnique dan the École Normale Supérieure. Ia diterima di kedua kampus dan memilih kampus terakhir yang ia masuki pada tahun 1874; tiga tahun kemudian ia lulus, yang pertama di kelasnya. Ia mengajar fisik selama setahun di sekolah setempat di Nîmes sebelum pergi ke Collège de France pada tahun 1878 sebagai asisten Berthelot. Ia menerima gelar Dooctor of Science (D.Sc) pada tahun 1880.

Sabatier mengambil kursus fisika di Fakultas sains di Bordeaux hingga Januari 1882, ketika ia menerima jabatan yang sama di Universitas Toulouse. Ia pun menjadi bertanggung jawab untuk kursus ilmu kimia pada tahun 1883, dan dipilih menjadi profesor Kimia pada tahun 1884, sebuah jabatan yang ia pegang hingga masa pensiun pada tahun 1930. Ia menjadi Dekan Fakultas Sains pada tahun 1905 dan tetap mengajar meski pensiun hingga ia meninggal tahun 1941. Ia sangat percaya pada Toulouse dan menampik banyak tawaran posisi menarik di mana saja, terutama sebagai pengganti Moissan di Sorbonne pada tahun 1908.

Penelitian awal Sabatier terfokus pada termokimia sulfur dan senyawa logam sulfat, yang menjadi judul tesis untuk gelar doktornya, dan di Toulouse, ia melanjutkan penelitian kimia fisikanya pada sulfida, klorida, khromat, dan senyawa tembaga. Ia juga mempelajari oksida nitrogen dan asam nitrosodisulfonat dan garamnya, dan melaksanakan penelitian mendasar tentang koefisien partisi dan spektrum absorpsi.

Ketika ia memulai penelitiannya pada fenomena katalisis, Sabatier langsung menunjuk keanehan dalam hukum fisika Faraday dan ia menyusun teori kimanya yang mempostulasikan pembentukan senyawa antara yang tidak stabil. Penelitian seksamanya dan penemuan penggunaan logam katalis hidrogenasi yang sangat halus membentuk dasar margarin, hidrogenasi minyak, dan industri metanol sintetis. Ia mendemonstrasikan selektivitas aksi katalitik dan juga selektivitas katalis sebagai racunm seperti halnya perkenalan, penggunaan dan menunjukkan hasil aktivitasnya yang telah diperbaiki. Ia juga melakukan studi tertutup pada hidrasi katalitik dan dehidrasi, menguji secara hati-hati kemungkinan reaksi spesifik dan aktivitas umum berbagai katalis.

Penelitian Sabatier secara akurat tercatat dalam publikasi organisasi ilmiah dan bukunya yang paling penting La Catalyse en Chimie Orgarnique (Katalis dalam kimia Organik), dipublikasikan pertama kali pada tahun 1913, dengan edisi kedua pada tahun 1920, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh E.E. Reid yang dipublikasikan pada tahun 1923.

Sabatier adalah anggota Akademi Sains Perancis dan Komandan Légion d’Honneur. Ia adalah Doctor of Science (D.SC.), honoris causa, dari Universitas Philadelphia dan anggota kehormatan Royal Society London, Akademi Madrid, Akademi Sains Kerajaan Belanda, Himpunan Kimia Amerika, dan banyak institusi asing lainnya. Ia mendapat penghargaan Prix Lacate ( pada tahun 1897); Prix Jecker ( pada tahun 1905); Medali Davy (pada tahun 1915) dan Medali Kerajaan (pada tahun 1918) dari Royal Society; dan Medali Franklin dari Institut Franklin (pada tahun 1933). Untuk metode yang dikembangkannya dalam hidrogenasi senyawa organik dengan keberadaan logam halus, ia mendapat hadiah Nobel Kimia pada tahun 1912, berbagi hadiah dengan Victor Grignard, yang menerimanya dengan penemuan pereaksi yang disebut pereaksi Grignard.

Paul Sabatier adalah laki-laki yang tekun. Ia menikah dengan Mlle. Herail dan mereka memiliki empat anak perempuan, satu di antaranya menikah dengan ahli kimia Italia, Emilio Pomilio. Ia sangat tertarik pada seni dan berkebun.

Ia meninggal pada tanggal 14 Agustus 1941.

Henry Edward Schunck, Ahli Kimia dari Manchester yang terkenal


Henry Edward Schunck dilahirkan pada tanggal 16 Agustus 1820, satu dari tujuh anak Martin Schunck, yang pindah dari Malta ke Manchester pada tahun 1808. Martin adalah pemilik toko yang sukses dalam bisnis tekstil dan Edward (ia tidak pernah menggunakan nama pertamanya) diharapkan dapat meneruskan bisnis keluarga. Edward dididik secara privat di Manchester dan diperkenalkan dengan kimia praktis oleh William Henry (1774 -1836), pembimbing hukum kelarutan gas. Pendidikan lebih lanjut adalah di Berlin dengan Magnus dan Rose, dan dikkuti dengan gelar Ph.D. dengan Justus von Liebig di Giessen. Kembali ke Inggris pada tahun 1842, Edward menjadi manajer pabrik di Belfield, di daerah pinggiran Rochdale, bleaching dan pencetakan kain mori mentah. Tapi setelah beberapa tahun, ia melepaskan pekerjaan tersebut, dan kesuksesan keluarga membuatnya mampu hidup sebagai ahli sains dermawan dan terhormat.

Paper ilmiah pertamanya (sekitar 200 halaman) dipublikasikan pada tahun 1841 dan membahas asam khrissamat, sebuah hasil reaksi nitrasi kayu gaharu, yang bisa digunakan sebagai pewarna. Ketika masih di Giessen, ia menguji sebangsa tumbuhan lumur, dan selanjutnya mampu mengisolasi dan mengenali asam lekanorat, asam erithrat, asam orsellinat, yang merupakan prekursor sumber pewarna ungu pada lumut.

Penelitian utama adalah pada madder (pohon anggur eropa dan asia yang daunnya berduri dan bunganya kecil kecil berwarna kuning kehijau hijauan) yang dimulai pada tahun 1846 dan menjadi pekerjan Edward selama satu dekade. Ia mengisolasi prekursor warna rubian, yang belakangan dikenal sebagai asam rubieritrat, dan mempelajari komponen warna alizarin dan purpurin dan senyawa lainnya yang masih belum dikenali dengan baik. Hal ini mengarah pada penggunaan spektroskopi absorpsi visual sebagai alat analisis.

Sekitar tahun 1855, Edward kembali memusatkan perhatiannya ke indigo, meneliti prekursor warna yang terkandung dalam woad (tanaman bunga dengan nama Isatis tinctoria), yang ia isolasi dengan susah payah, yang menghasilkan senyawa bernama isatan A yang tidak stabil yang disebutnya sebagai indican. Ketidakstabilan ini mengarahkan penelitian untuknya mengembangkan evaporator lapis tipis yang pertama. Ia sangat tertarik dengan produksi indigo dan indirubin dari air seni.

Pada tahun 1879 ia menyelidiki warna ungu pada kerang spesies Nucella lapillus yang ditemukannya di Hastings dan spesies Purpura pansa dari Nikaragua , dan menunjukkan bahwa pigmen warnanya menyerupai indigo tapi tidak identik.
Baru tiga puluh tahun kemudian ditunjukkan bagaimana molekul tersebut ternyata mengandung brom yaitu 6,6′-dibromoindigo.
Pada tahun 1883 ia memulai penelitian panjangnya pada klorofil dan setelah bertahun-tahun baru bisa menunjukkan bahwa secara struktur, klorofil menyerupai hemogloin.

Edward Schunck meninggal di rumahnya “The Oaklands” di Kersal pada tanggal 13 Januari 1903 dan dikubur di gereja setempat St. Pauls. Bagian di halaman gereja ini telah ditumbuhi rumput dengan ceat dan dengan adanya pengurangan atau vandalisme, batu pusaranya telah rusak karena ukirannya yang sudah tidak dapat dibaca lagi.

Jokichi Takamine, Pioner Kimiawan Jepang Kata Kunci: enzim pencerna kanji, Jokichi Takamine, Takadiastase


Jokichi Takamine, Pioner Kimiawan Jepang
Kata Kunci: enzim pencerna kanji, Jokichi Takamine, Takadiastase

Lahir : 3/11/1854
Wafat : 22/7/1922
Disiplin utama : Ilmu Kimia

Jokichi Takamine dilahirkan pada tanggal 3 November 1854 di Takaoka, Jepang. Ayahnya, Seichi, adalah seorang tabib seperti kebanyakan nenek moyangnya dalam keluarga Takamine. Tidak seperti teman sebayanya, Takamine belajar bahasa Inggris di usia yang masih sangat muda. Ia bersekolah di Osaka, Kyoto, dan Tokyo, lulus dari kampus sains dan tekhnik di Universitas Tokyo pada tahun 1879. Pada tahun tersebut, Pemerintah Jepang memilih Takamine sebagai satu dari 12 orang penerima beasiswa untuk mengejar studi lanjutan di Skotlandia di Universitas Glasgow dan Kampus Anderson. Ia kembali ke Jepang pada tahun 1883 dan bergabung di Departemen Agrikultur dan Perdagangan.

Pada tahun 1884, Takamine melakukan perjalanan pertamanya ke Amerika Serikat untuk mengikuti Pameran Katun ke 100, di mana ia bertemu dengan calon istrinya, Caroline Field Hitch. Mereka menikah pada tahun 1884 da memiliki dua anak. Keluarga ini lalu pindah ke Jepang, dan Takamine melanjutkan pekerjaan di Departemen Agrikultur dan Perdagangan sebagai Kepala Divisi Kimia hingga tahun 1887. Pada saat itu, ia membentuk perusahaan sendiri, Perusahaan Pupuk Buatan Tokyo, di mana ia selanjutnya mengisolasi enzim pencerna kanji, Takadiastase, dari sebuah jamur.

Pada tahun 1884, Takamine pindah ke Amerika Serikat secara permanen, menetap di Kota New York. Ia membuka laboratorium penelitiannya sendiri dan mengizinkan Parke, Davis & Company memproduksi Takadiastase secara komersial. Pada tahun 1901, ia mengisolasi dan memurnikan hormon adrenalin di laboratoriumnya, dan menjadi orang pertama yang menyelesaikan hormon kelenjar.

Selama sisa hidupnya, Takamine bepergian antara Amerika Serikat dan Jepang dan membuat kontribusi ilmiah yang nyata di kedua negara. Ia juga bekerja untuk meningkatkan pemahaman yang lebih baik antara dua negara dan turut berpartisipasi dalam sumbangan Jepang untuk amal ke Washington DC. Jokichi Takamine meninggal pada tanggal 22 Juli pada tahun 1922 di kota New York.

IChO 42nd, Jepang Tokyo


Selamat datang Timnas Indonesia di ajang IChO 42nd, Jepang Tokyo
Ditulis oleh Redaksi chem-is-try.org pada 17-07-2010
Ingatan saya kembali 12 tahun lalu, dimana untuk pertama kalinya saya mewakili Indonesia sebagai siswa di ajang olimpiade kimia internasional IChO 30th di Melbourne, Tokyo. Kali ini dalam ajang yang sama, saya datang mewakili Indonesia bukan sebagai siswa melainkan sebagai guide timnas Indonesia.

Tahun ini, empat siswa terbaik telah dipilih dari hasil seleksi yang cukup ketat di OSN Kimia 2009. Keempat siswa tersebut adalah Noel Yohannes Manuputty (SMA Penabur Gading Serpong), Agung Hartoko (SMA Taruna Nusantara), Stephen Haniel Yuwono (SMA 1 Purwokerto), Alimun Nashira (SMA 1 Yogyakarta). Keempat siswa ini akan mewakili Indonesia untuk berkompetisi di IChO 42nd, yang akan dilaksanakan di Jepang, Tokyo dari tanggal 19 sampai 28 Juni 2010.

Akomodasi disediakan dengan penginapan di National Olympics Memorial Youth Center (NYC), Yoyogi, Tokyo. Ujian akan dilaksanakan di di Universitas Waseda untuk ujian praktikum dan Universitas Tokyo untuk ujian teori. Tokyo adalah negara kedua dimana saya telah tinggal lebih dari 10 tahun.. Dan kebetulan sekali salah satu tempat ujian dilaksanakan di Universitas Tokyo, merupakan tempat dimana saya menimba ilmu selama 7 tahun disana.

Di ajang IChO 42th akan dihadiri 68 Negara dengan total 267 siswa, 138 Mentor dan 40 Observer. Hari ini saya datang ke NYC untuk menghadiri orientasi persiapan guide timnas. Kami ditugaskan untuk mempersiapkan bahan-bahan, memastikan jadwal dan memastikan para siswa bisa menikmati keberadaannya di Negara Sakura. Tanggal 19, untuk pertama kalinya saya akan bertemu dengan timnas Indonesia dan bertemu kembali jelang 12 tahun dengan pak Ismu dan pak Riswandi, mentor sewaktu saya dibina di pelatnas. Saya akan bersama-sama dengan timnas Indonesia, mengsupport mereka dan tentu saja meliput aktivitas mereka di ajang IChO. Pembaca bisa mengikuti aktivitas mereka melalui artikel ataupun melalui Facebook fans chem-is-try.org.

Selamat berjuang bagi anak bangsa! Berikan yang terbaik dan harumkan nama Indonesia!