S e l a m a t   D a t a n g di Blog Pusat Sumber Belajar SMA Negeri 1 Kota Cirebon Info : Ferifikasi Data Siswa Baru/PPDB SMA RSBI Negeri 1 Kota Cirebon dari tanggal 5 - 15 Mei 2012 silahkan Klik ke www.smansa.ppdbrsbi-cirebon.org

Kamis, 14 Oktober 2010

Pemanfaatan Museum Situs Patiayam Sebagai Media Pembelajaran untuk Meningkatkan Pemahaman Pelajar Thdp Materi Zaman Prasejarah





PENDAHULUAN

Zaman prasejarah merupakan babakan dalam sejarah yang diberikan kepada suatu periode ketika manusia belum menggunakan tulisan sebagai alat komunikasi. Istilah prasejarah digunakan untuk menyebutkan periode sejak permulaan munculnya manusia sampai digunakan tulisan sebagai alat komunikasi. Dilihat dari sudut pandang masa kini, batasan prasejarah adalah ketika sudah ditemukan sumber-sumber tertulis yang menjelaskan suatu zaman.
Di Indonesia, zaman prasejarah mulai berakhir pada sekitar abad V masehi ketika telah digunakan tulisan dalam masyarakat yang dibuktikan dengan temuan sumber-sumber tertulis. Sebagai ilmu, prasejarah berarti ilmu yang mempelajari manusia serta peradabannya sejak zaman permulaan adanya manusia sampai pada zaman sejarah (Soekmono, 1981: 21).
Materi zaman prasejarah diajarkan dari tingkat pendidikan menengah (SMP dan SMA), dan pendidikan tinggi. Walaupun zaman prasejarah merupakan kajian yang bermula sejak munculnya manusia, dalam pengajarannya termuat juga materi tentang keadaan bumi sebelum munculnya manusia sebagai gambaran kondisi kehidupan sebelum manusia (pre-human living). Cakupan materi zaman prasejarah meliputi: (1) perkembangan bumi sebelum munculnya manusia, (2) evolusi manusia, (3) kehidupan manusia pada zaman batu, dan (4) kehidupan manusia pada zaman perundagian.
Materi perkembangan bumi sebelum munculnya manusia mencakup perkembangan bumi dari mulai terbentuknya sampai munculnya manusia. Menurut geologi, pembabakan waktu mulai terbentuknya bumi sampai sekarang dibagi menjadi beberapa masa yaitu arkeozoikum, proterozoikum, paleozoikum, mesozoikum, dan kenozoikum (Hizbullah, 2003).
Permasalahan yang dikaji pada pokok bahasan evolusi manusia adalah kemunculan dan perkembangan manusia, serta penyebarannya. Di Indonesia, manusia-manusia purba yang terkenal antara lain Meganthropus, Pithecanthropus Mojokertensis, Pithecanthropus Robustus, Homo Erectus, Homo Soloensis, Homo Wajakensis, Homo Sapiens dan Homo Floresiensis (Hizbullah, 2005).
Zaman batu merupakan masa ketika masih digunakan alat-alat batu/belum mengenal logam. Pembabakan zaman batu dibagi menjadi tiga, yaitu paleolitikum, mesolitikum, dan neolitikum (Soekmono,1981:23). Pertama, zaman batu tua atau zaman paleolitik, ditandai dengan penggunaan alat dari batu yang masih digarap dengan kasar. Ciri utama zaman ini adalah kehidupan manusia masih berburu dan meramu, serta masih berpindah-pindah (nomaden). Kebudayaan zaman paleolitik dibagi menjadi dua, yaitu kebudayaan Ngandong dan Pacitan. Kebudayaan Ngandong lebih didominasi oleh alat-alat tulang, sedangkan kebudayaan Pacitan didominasi oleh alat-alat batu (Asmito, 1988 : 10-12). Manusia yang hidup pada masa ini adalah Meganthropus, Pithecanthropus Mojokertensis, P. Erectus serta P. Soloensis (Poesponegoro, 1984).
Kedua, zaman batu tengah atau zaman mesolitik. Zaman batu tengah ditandai dengan digunakannya alat yang telah diupam, sudah dikenal konsep tempat tinggal, pengolahan makanan, timbulnya struktur sosial dalam masyarakat, kondisi lingkungan yang stabil, serta kemunculan Homo Sapiens. Sistem religi dan kesenian sudah ditemui pada masa ini (Koentjaraningrat, 1990: 203-204). Kebudayaan yang berkembang pada masa ini adalah kebudayaan kapak Sumatra/pebble culture, kebudayaan serpih, dan kebudayaan tulang.
Ketiga, zaman batu muda atau zaman neolitik. Zaman batu muda ditandai dengan terjadinya revolusi kebudayaan, yaitu timbul dan berkembangnya pertanian/bercocok tanam dan berternak dalam masyarakat. Pada masa ini alat sudah diupam dengan halus, berkembang teknologi gerabah, astronomi, dan sistem perdagangan. Kebudayaan yang berkembang pada masa ini adalah kebudayaan kapak lonjong, kapak persegi, dan kebudayaan megalitik. Alat yang dihasilkan pada masa ini antara lain beliung persegi, kapak lonjong, alat obsidian, mata panah, gerabah, alat pemukul kulit kayu serta perhiasan (Poesponegoro, 1984: 170-194). Hasil dari kebudayaan megalitik antara lain punden berundak, menhir, dolmen, kalamba, sarkofagus, waruga, batu kandang, serta batu lumpang.
Zaman perundagian ditandai dengan semakin majunya teknologi yang digunakan manusia. Pada zaman ini berkembang dua kebudayaan, yaitu kebudayaan logam dan kebudayaan megalitik. Alat-alat yang dihasilkan antara lain alat dari perunggu berupa senjata, nekara dan moko; alat dari besi berupa mata kapak, senjata dan gelang-gelang; gerabah, serta manik-manik (Poesponegoro, 1984: 242-285). Kebudayaan megalitik perundagian telah berkembang menjadi kebudayaan megalitik yang lebih kompleks.
Oleh karena cakupannya yang luas dan memiliki rentang waktu sangat panjang itu, upaya pemahaman zaman prasejarah merupakan hal yang sulit. Hal ini disebabkan rentangan waktu antara zaman prasejarah dan zaman sekarang mencakup waktu ribuan tahun. Kesulitan inilah yang menyebabkan pelajar mengalami kendala dalam memahami zaman prasejarah. Pelajar hanya mengetahui zaman prasejarah secara abstrak dan belum memahami zaman prasejarah secara menyeluruh.
Para ahli telah melakukan upaya untuk memahami zaman prasejarah melalui penggunaan sumber primer berupa fosil, artefak, isefak, ecofak, serta featur, melalui analisis kimiawi, geologis, dan arkeologis. Namun demikian, bagi para pelajar upaya pemahaman materi zaman prasejarah dari fosil atau bukti primer lainnya masih memiliki beberapa kendala. Kendala tersebut adalah (1) barang-barang peninggalan dan sampel penelitian jumlahnya sedikit dan langka, (2) keterbatasan pengetahuan pelajar dan mahasiswa dalam menganalisis serta meneliti dengan seksama peninggalan, sumber, dan bukti tersebut (Ahmad, 2005:1).
Bagi pelajar, upaya pemahaman terhadap zaman prasejarah dilakukan berdasar pada pemakaian buku teks. Namun, upaya pemahaman pelajar hanya dengan penggunaan buku teks mengalami kendala. Hal ini dikarenakan dalam buku teks informasi yang diberikan hanya dalam bentuk verbal yang bersifat abstrak, sehingga untuk mewujudkan pemahaman, masih diperlukan sumber lain yang mampu memberikan informasi secara konkret, yaitu melalui media pembelajaran. Akan tetapi, media pembelajaran di sekolah yang menjelaskan tentang zaman prasejarah masih tersedia dalam jumlah yang terbatas, sehingga pemahaman pelajar terhadap materi zaman prasejarah mengalami hambatan. Oleh karena itu, perlu diberikan solusi bagaimana mengatasi permasalahan kelangkaan media pembelajaran di sekolah tersebut.

Museum Situs Pati Ayam
Patiayam merupakan salah satu tempat yang mengandung fosil di Indonesia. Lokasi Patiayam terletak di Desa Terban, Kecamatan jekulo, Kabupaten Kudus. Di Desa Terban, pada saat ini telah terdapat tempat penyimpanan fosil yang ditemukan oleh warga. Tempat tersebut selain berfungsi untuk menyimpan fosil-fosil yang ditemukan oleh warga, juga sebagai tempat perawatan, sekaligus tempat kunjungan bagi wisatawan. Museum Patiayam ini menjadi bagian dari kawasan Situs Patiayam. Saat ini museum masih menempati salah satu bagian dari pengurus Paguyuban masyarakat pelestari Situs Patiayam, yakni rumah bapak Mustofa di Dusun Kancilan, Terban.

Media Pembelajaran
Pengertian media mengarah kepada sesuatu yang mengantar atau meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Ada beberapa pengertian media yang dikemukakan oleh para ahli seperti Santoso S. Hamidjojo, Mc Luhan, serta Oemar Hamalik. Santoso S. Hamidjojo (Sadiman, 1996) berpendapat bahwa media adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan/menyebar ide, sehingga ide atau gagasan yang dikemukakan itu bisa sampai pada penerima. Mc Luhan (Sadiman, 1996) menyatakan bahwa media disebut juga channel (saluran) karena menyampaikan pesan dari sumber informasi itu kepada penerima informasi. Sementara itu Oemar Hamalik (1994) menyatakan bahwa hubungan komunikasi interaksi akan berjalan dengan lancar dan tercapainya hasil yang maksimal apabila digunakan alat bantu yang disebut media.
Dari berbagai pengertian dan pembatasan yang telah diberikan oleh para ahli tentang media, ada beberapa unsur yang terkandung dalam media (Sadiman, 1996), yaitu (1) segala sesuatu (fisik) yang dapat menyampaikan informasi atau pesan, (2) dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian penerima pesan, (3) sehingga tercipta bentuk-bentuk komunikasi.
Dalam UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam aktivitas pembelajaran, Heinich menyatakan bahwa media dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang membawa informasi atau pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara guru dan murid atau dosen dan mahasiswa (Furqon, 2005).
Dari berbagai pengertian tentang media dan pembelajaran tersebut, diambil suatu pemahaman bahwa media pembelajaran adalah semua alat (bantu) yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (dalam hal ini anak didik atau warga belajar) yang dapat merangsang pemikiran, perasaan, dan perhatian penerima pesan sehingga tercipta bentuk komunikasi (pembelajaran).
Karakteristik media yang lazim digunakan dalam kegiatan pendidikan atau pembelajaran adalah: (1) media pandang yang yang tidak diproyeksikan [termasuk di dalamnya gambar diam, grafis (termasuk sketsa, bagan, diagram, grafik, kartun, gambar kronologi, poster, peta dan globe, papan flanel dan papan buletin), serta model dan realita], (2) media pandang yang diproyeksikan, (3) media audio, (4) sistem multimedia, (5) simulasi dan permainan (Latuheru, 1988: 41-123; Sadiman, 1996).
Menurut pengembangan dan persiapan pengadaannya, media dibedakan menjadi dua, yaitu media by utilization dan media by design. Media by utilization merupakan media yang tersedia, dimanfaatkan, serta dibuat secara komersial dan telah siap pakai. Sedangkan media by design adalah media yang dirancang dan dipersiapkan secara khusus (Sadiman, 1996). Museum Situs Pati Ayam termasuk ke dalam media by utilization. Hal ini dikarenakan di dalam Situs Pati Ayam terdapat berbagai peninggalan bersejarah seperti : Fosil Gading Gajah Purba (Stegodon), Elephas sp, Ceruus zwaani dan Cervus/ Ydekken martim (sejenis rusa), Rhenocerus sondaicus (badak), Susbrachygnatus dubois (babi), Felis sp, Bos bubalus palaeo karabau (sejenis kerbau), Bos banteng palaeosondaicus, dan Crocodilus sp (buaya).
Dari latar belakang tersebut, muncul permasalahan (1) bagaimana upaya peningkatan pemahaman pelajar tentang materi zaman prasejarah, (2) mengapa museum Museum Situs Pati Ayam dapat digunakan sebagai media pembelajaran dalam upaya peningkatan pemahaman pelajar terhadap materi zaman prasejarah. Berdasarkan permasalahan tersebut, tujuan penelitian ini adalah (1) menjelaskan posisi Museum Situs Pati Ayam dalam pengajaran sejarah, (2) menjelaskan posisi Museum Situs Pati Ayam sebagai media pembelajaran sebagai upaya peningkatan pemahaman pelajar tentang materi zaman prasejarah. Melalui penelitian ini, manfaat yang diperoleh secara teoretis berupa kajian ilmiah tentang manfaat Museum Situs Pati Ayam sebagai media pembelajaran. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman tentang urgensi penggunaan media pembelajaran, khususnya Museum Situs Patiayam sebagai upaya peningkatan pemahaman pelajar terhadap materi zaman prasejarah.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data diperoleh dari observasi lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Observasi lapangan dilakukan di Museum Situs Pati Ayam pada 24 Maret 2008 untuk mengetahui macam media yang digunakan dalam materi zaman prasejarah. Wawancara dilakukan dengan staf museum serta narasumber yang memiliki kompetensi dalam hal media dan zaman prasejarah. Sedangkan dokumentasi menggunakan kajian literatur yang digunakan sebagai acuan sekaligus sebagai pisau analisis dari data yang diperoleh di lapangan.
Data yang diperoleh dari lapangan diolah sehingga diperoleh keterangan-keterangan yang berguna, selanjutnya dianalisis. Analisis data menggunakan model deskriptif kualitatif yaitu upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus untuk menjelaskan gambaran media pembelajaran tentang zaman prasejarah.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Posisi Museum sebagai Media dalam Pengajaran Sejarah
Sejarah merupakan kejadian atau kegiatan yang dilakukan oleh manusia pada masa lampau yang membawa perubahan dan perkembangan secara berkesinambungan. Sebagai peristiwa, sejarah adalah kegiatan yang dilakukan oleh manusia pada masa lampau (past human effect) yang sekali terjadi (einmalig). Oleh karena itu, suatu peristiwa sejarah tidak dapat diulang, karena hanya terjadi pada masa lampau tersebut.
Media dalam pembelajaran sejarah memegang peranan dan posisi yang penting. Hal ini dikarenakan media membantu dalam menggambarkan dan memberikan informasi tentang peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Peranan media yang lain adalah sebagai pengembang konsep generalisasi serta membantu dalam memberikan pengalaman dari bahan yang abstrak ---seperti buku teks--- menjadi bahan yang jelas dan nyata. Selain peranan tersebut, Saripudin menyatakan bahwa media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar dan dimanfaatkan untuk memfasilitasi kegiatan belajar (Djamarah, 2002:139). Dengan demikian untuk mewujudkan efektivitas pembelajaran sejarah harus dilakukan optimalisasi penggunaan media pembelajaran.
Pada pendidikan tingkat dasar dan menengah, peran media sangat diperlukan dalam pengajaran sejarah. Hal ini selain mempermudah guru dalam penyampaian materi, media berfungsi untuk mengembangkan kemampuan indera anak didik. Pada tingkat perguruan tinggi media sangat penting bagi mahasiswa dalam pemahaman dan penerimaan informasi. Pelajar akan absurd bila membayangkan jenis kapak batu apabila hanya dari informasi verbal. Namun pelajar akan segera mengetahui jenis kapak batu pada zaman prasejarah dengan melihat langsung, atau melalui media gambar dan foto. Salah satu media yang dapat digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi zaman prasejarah adalah museum.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, museum merupakan (1) gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut untuk mendapat perhatian umum seperti peninggalan sejarah dan arkeologis, seni dan ilmu; (2) tempat untuk menyimpan barang kuno (Depdikbud, 1990).
Pengertian tentang museum telah dirumuskan oleh ICOM (International Council of Museum), yaitu museum adalah suatu lembaga bersifat tetap, tidak mencari keuntungan dalam melayani masyarakat, dan dalam perkembangannya terbuka untuk umum, yang berfungsi mengawetkan, mengomunikasikan, dan memamerkan barang-barang pembuktian manusia dan lingkungan untuk tujuan pengkajian, pendidikan, dan kesenangan (Sulaiman, 1990: 100-107).
Ada beberapa pembagian museum. Menurut koleksinya, museum dibedakan menjadi dua yaitu museum umum dan museum khusus. Sedangkan menurut lokasinya museum dibagi menjadi tiga, yaitu museum nasional, museum lokal, dan museum lapangan (Sulaiman, 1990:100-107).
Semua jenis museum memiliki fungsi yang sama yaitu (1) tempat pendidikan luar sekolah yang berkaitan dengan koleksi yang ada di museum, (2) pusat informasi dan penelitian, (3) sarana untuk memberikan gambaran tentang koleksi bahan-bahan yang menarik dan institusional, (4) media pembelajaran bidang studi tertentu, dan (5) sebagai objek karyawisata (Natawidjaja, 1979:113-114).
Dalam dunia pendidikan, museum memiliki peranan sebagai media pembelajaran. Peranan museum sebagai media pembelajaran disebabkan fungsi museum yang memberikan informasi konkret kepada masyarakat dalam hal ini siswa dan guru. Dalam pembelajaran sejarah, museum merupakan tempat ideal sebagai sumber informasi kesejarahan. Hal ini dikarenakan dalam museum terdapat banyak benda yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang berfungsi sebagai sarana peningkatan pemahaman terhadap peristiwa sejarah bagi pelajar.

Memahami Zaman Prasejarah dengan Penggunaan Museum Situs Pati Ayam sebagai Media Pembelajaran

Seperti diketahui bahwa di situs patiayam telah ditemukan fosil berupa gading gajah purba yaitu sejenis stegodon (masa plistosen-pleistosen). Fosil ini diperkirakan pada zaman purba di masa plistosen-pleistosen. Dalam Situs Patiayam terdapat suatu masa hidup manusia purba Pithecanthropus erectus dan Homo erectus. Menurut teori evolusi Charles darwin kedua mahluk purba ini adalah asal-usul manusia modern. Fosil gading gajah purba tersebut ditemukan pada tahun 1982 di situs Gunung Slumprit Pegunungan Patiayam. Fosil ini berukuran panjang 365 cm dengan diameter 20 cm. selain itu, juga ditemukan fragmen-fragmen dan gigi geraham manusia purba. Fosil ini terletak di hutan petak no 21 desa terban kecamatan jekulo kudus (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kudus, 2005:15)
Sehubungan telah ditemukan fosil gading gajah purba, tim Balai Arkeologi Yogyakarta pada tanggal 16-17 November 2005 mengadakan peninjauan kepurbakalaan di Situs Patiayam yang antara lain meliputi pula lokasi Gunung Slumprit. Situs patiayam itu sendiri merupakan bagian dari endapan purba hasil letusan gunung muria. Temuan-temuan yang dihasilkan dari situs ini adalah sisa-sisa manusia purba Homo erectus : yang berupa satu buah gigi prageraham bawah dan tujuh buah pecahan tengkorak manusia, yang ditemukan oleh Dr. yahdi Yain dari geologi ITB , bandung, pada tahun 1979. Sejumlah besar tulang belulang binatang purba antara lain : Stegodon trigonochepalus (sejenis gajah purba), Elephas Sp, Ceruus zwaani dan Cervus/ Ydekken martim (sejenis rusa), Rhenocerus sondaicus (badak), Susbrachygnatus dubois (babi), Felis sp, Bos bubalus palaeo karabau, Bos banteng palaeosondaicus, dan Crocodilus sp (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kudus, 2005:18-19).
Temuan-temuan tersebut berasal dari lapisan batu pasir tufaan (tufaccus sandstones), yang menurut Prof. dr. Sartono dkk, merupakan jenis litologi dari formasi slumprit yang terbentuk pada kala plestosen bawah. Oleh karena itu, fosil-fosil tersebut menunjukkan usia antara 1 juta tahun hingga 700.000 tahun.
Melihat keadaan lingkungan di tempat penemun fosil yang merupakan tanah vulkanik, diperkirakan telah terjadi letusan gunung berapi. Mahluk purba yang mati karena dampak letusan gunung berapi mengalami pembekuan menjadi fosil. Pada penemuan fosil gajah purba, tulang paha manusia purba serta fosil kura-kura di sungai dudo diperkirakan mati karena kematian yang alami dan menjadi awet. Kematian mahluk purba terjadi karena bencana alam dan kematian yang alami.
Museum dapat digunakan sebagai media pembelajaran dengan menyesuaikan materi pelajaran. Penggunaan museum sebagai media pembelajaran disebabkan karena kompleksitas media yang tersedia sebagai penjelasan suatu peristiwa. Hal ini memberikan berbagai kemudahan bagi pelajar dalam memahami benda yang dipamerkan. Kemudahan yang diperoleh pelajar adalah karena di dalam museum telah disediakan berbagai media yang banyak memberikan informasi. Media tersebut dapat berupa model, realita, tabel, poster, atau sistem multimedia elektronik seperti media audiovisual. Namun demikian, tidak semua museum dapat dimanfaatkan dalam upaya peningkatan pemahaman pelajar terhadap materi zaman prasejarah. Hal ini dikarenakan tidak semua museum terdapat media yang menjelaskan tentang zaman prasejarah. Di Jawa Tengah museum yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran antara lain Museum Situs Patiayam.
Di dalam Museum Situs Patiayam, media yang dijadikan sumber belajar berupa sumber primer. Sumber primer merupakan benda peninggalan atau jejak-jejak kehidupan, meliputi artefak, fosil, ecofak, featur, isefak. Fosil yaitu sisa kehidupan yang telah membatu. Di Museum Situs Patiayam terdapat banyak koleksi fosil asli yang ditemukan disekitar Situs Patiayam seperti : Fosil Gading Gajah Purba (Stegodon), Elephas sp, Ceruus zwaani dan Cervus/ Ydekken martim (sejenis rusa), Rhenocerus sondaicus (badak), Susbrachygnatus dubois (babi), Felis sp, Bos bubalus palaeo karabau (sejenis kerbau), Bos banteng palaeosondaicus, dan Crocodilus sp (buaya). Diharapkan dengan melihat peningglan-peninggalan berupa fosil asli yang terdapat pada museum situs patiayam dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang materi zaman prasejarah. Hal ini dikarenakan dengan melihat langsung benda-benda sejarah maka akan memberikan gambaran secara konkret kepada siswa kaitanya dengan materi zaman prasejarah. Siswa tidak akan lagi merasa absurd dalam memahami materi zaman prasejarah.

Pemanfaatan museum sebagai media pembelajaran dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman pelajar terhadap materi zaman prasejarah. Hal ini dikarenakan dalam museum terdapat berbagai macam media yang membantu siswa memahami materi tentang zaman prasejarah secara nyata. Melalui museum, pelajar belajar secara langsung tentang zaman prasejarah baik melalui realita, model, grafis, dan sistem multimedia, sehingga informasi yang didapatkan tidak bersifat verbalistis dan abstrak, tetapi besifat konkret. Adanya informasi konkret dari media ini, akan membantu tewujudnya konsep visualisasi, intrepretasi, dan generalisasi pelajar terhadap materi zaman prasejarah. Dengan tercapainya tiga aspek tersebut, yaitu visualisasi, interpretasi, dan generalisasi maka pemahaman pelajar terhadap materi zaman prasejarah telah terwujud.

Pembelajaran Berbasis Media
Pembelajaran berbasis media merupakan model pembelajaran dengan optimalisasi penggunaan media sebagai sarana peningkatan pemahaman pelajar tentang materi tertentu. Dalam pembelajaran sejarah, media pembelajaran memegang peranan penting (Kasmadi, 1996; Widja, 1989). Salah satu bentuk pembelajaran berbasis media adalah dengan penggunaan museum sebagai media pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah, museum berfungsi untuk mewujudkan visualisasi, interpretasi, dan generalisasi. Hal ini dikarenakan terdapat banyak media yang menyampaikan berbagai informasi kepada pelajar, khususnya tentang zaman prasejarah. Media yang terdapat dalam museum yang dapat menjelaskan tentang materi zaman prasejarah antara lain bagan, grafik, gambar, diorama, sistem multimedia, serta replika dan model. Oleh karena itu, dengan optimalisasi penggunaan media pembelajaran akan terwujud kegiatan pembelajaran yang efektif, sehingga pemahaman pelajar tentang materi zaman prasejarah akan terwujud.

KESIMPULAN
Media pembelajaran merupakan komponen dari pembelajaran. Oleh karena itu, penggunaan media pembelajaran tidak dapat lepas dari kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah, media pembelajaran merupakan hal penting yang harus digunakan. Hal ini disebabkan sejarah merupakan peristiwa atau kegiatan yang dilakukan oleh manusia pada masa lampau, sehingga untuk mempermudah pemahaman pelajar tentang peristiwa sejarah, khususnya zaman prasejarah penggunaan media mutlak digunakan. Penggunaan museum merupakan salah satu cara yang efektif dalam mewujudkan pemahaman pelajar tentang zaman prasejarah. Hal ini dikarenakan dalam museum terdapat berbagai macam media yang memberikan informasi konkret kepada pelajar tentang zaman prasejarah. Adapun media yang terdapat dalam museum antara lain diorama, media grafis, foto dan gambar, serta media elektronik. Dengan demikian museum sebagai media pembelajaran berfungsi untuk mewujudkan visualisasi, intepretasi, dan generalisasi pelajar.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Tsabit Azinar. 2005. Memahami Zaman Prasejarah dengan Optimalisasi Media Pembelajaran. Semarang: Pendidikan Sejarah IIIA.
Asmito. 1988. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kudus. 2005. Peninggalan Sejarah dan Purbakala Kabupaten Kudus. Kudus: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kudus.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Furqon, Muhammad. Perguruan Tinggi Berbasiskan Media dan Teknologi. Dalam www.waspada.co.id (diunduh 25 April 2005)
Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Cetakan 7. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hizbullah, A.F. 2003. Sejarah Kehidupan di Muka Bumi. Bandung: Tanpa penerbit.
____________. 2005. Temuan Fosil Manusia di Dunia. Bandung: Tanpa penerbit.
Kasmadi, Hartono. 1996. Model-Model dalam Pengajaran Sejarah. Semarang: IKIP Semarang Press.
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Latuheru, John D. 1988. Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta: Depdikbud.
Natawidjaja, Rochman.(ed). 1979. Alat Peraga dan Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Poesponegoro, Marwati Djoned dan Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta: Balai Pustaka.
Sadiman, Arief W., dkk.2002. Media Pendidikan: Pengertian, Perkembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Press.
Soekmono, Dr. R. 19881. Sejarah Kebudayaan Indonesia I. Yogyakarta: Kanisius
Sulaiman, Jusuf. 1990. ‘Permuseuman Indonesia’. Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jilid 13. Jakarta: Cipta Adi Pustaka.
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2005. Bandung: Diperbanyak oleh Nuansa Aulia.
Widja, I Gde. 1989. Dasar-Dasar pengembangan Strategi serta Metode Pengajaran Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.