S e l a m a t   D a t a n g di Blog Pusat Sumber Belajar SMA Negeri 1 Kota Cirebon Info : Ferifikasi Data Siswa Baru/PPDB SMA RSBI Negeri 1 Kota Cirebon dari tanggal 5 - 15 Mei 2012 silahkan Klik ke www.smansa.ppdbrsbi-cirebon.org

Kamis, 14 Oktober 2010

7 Cara Menghadapi Anak Era Digital



Jujur saja! Siapa yang lebih canggih memainkan fitur-fitur di komputer atau smart phone di rumah? Anda atau si kecil? Di era digital ini tampaknya kemampuan kita sebagai orangtua tertinggal dengan kemampuan anak dalam memahami berbagai gadget canggih. Hal ini yang mengilhami Marc Prensky membuat tulisan ilmiah yang berjudul Digital Natives, Digital Immigrants.

Digital Natives adalah istilah yang menggambarkan anak-anak yang lahir dan bertumbuh di era digital. Sehingga cara berpikir, berbicara, bertindak dan menilai sesuatu sangat dipengaruhi oleh dunianya. Sedang generasi kita sebagai orangtua dikatakan sebagai generasi digital immigrants. Karena kita tidak lahir pada masa pertumbuhan digital dan baru kemudian menyesuaikan diri.

Tentu saja semua ini adalah akibat dari suatu peradaban dan industri yang mau tak mau harus kita terima. Walaupun demikian peralatan digital seperti gadget memiliki dua sisi yang saling bertolak belakang. Positif dan negatif. Dampak positifnya tentu tidak perlu lagi dibahas, namun dampak negatifnya cukup mengkhawatirkan. Misalnya terpaparnya anak dari pornografi serta materi-materi yang berdampak buruk bagi mereka. Apa saja yang harus diperhatikan agar peralatan canggih era digital ini tidak menimbulkan dampak negatif pada anak?

1. Memperkenalkan atau memberikan gadget dengan pertimbangan yang matang

Sebelum memutuskan untuk memperkenalkan atau memberikan gadget pada anak, pikirkan kembali apa perlunya peralatan canggih tersebut bagi mereka. Jika tidak ada alasan yang dapat dipertanggung jawabkan, lebih baik tunda, hindarkan atau dipikirkan ulang memperkenalkan atau memberikan gadget pada anak. Misalnya anak usia di bawah 3 tahun lebih baik tidak diperkenalkan pada komputer dahulu untuk menghindarkan dampak radiasi, sedangkan anak SD, misalnya, tidak perlu diberikan smartphone. Cukup ponsel murah biasa tanpa fitur canggih jika keadaan mendesak. Smartphone akan mempermudah akses anak pada hal-hal negatif di dunia maya, seperti pornografi atau game yang merusak tanpa dapat dikontrol.

2. Memproteksi anak dari dampak negatif dunia maya

Terutama bagi anak dari awal diperkenalkannya internet hingga usia remaja. Hal ini dapat dilakukan dengan memasang parenting software filter khusus atau memasang search engine untuk anak. Sebaiknya komputer juga diletakan di ruang keluarga untuk mempermudah Anda mengontrol apa yang diakses anak dari komputernya. Selain itu jangan biarkan mereka mengakses internet di warnet tanpa Anda temani. Karena tidak semua warnet menggunakan proteksi pada komputer mereka.

3. Tetapkan aturan yang jelas dan telah disetujui bersama

Aturan yang jelas berhubungan dengan waktu penggunaan gadget sehari-hari, berapa lama boleh mengakses internet, berapa lama boleh bermain game, kapan boleh mengutak-utik smartphone dan sebagainya. Sebelum menetapkan aturan, jelaskan dulu apa yang mendasari Anda menetapkan aturan tersebut dengan bahasa yang mereka pahami.

4. Jangan gaptek

Jangan sampai kalah dengan anak dalam memahami teknologi. Cobalah untuk mempelajari berbagai fitur di gadget Anda dan gadget anak Anda. Tidak hanya gadget, namun pelajari juga beragam sosial media, isi games serta berbagai perangkat di gadget yang dapat membantu Anda mengontrol aktifitas anak saat asyik dengan gadgetnya tersebut.

5. Seimbangkan kegiatan anak

Jangan biarkan anak terus menerus berkutat dengan peralatan digital yang Anda miliki. Namun seimbangkan dengan berbagai kegiatan lain, misalnya kegiatan aktif, seperti berolah raga, membaca buku atau bersosialisasi dengan melakukan playdate dengan teman sebayanya yang Anda kenal dan beragam kegiatan lainnya.

6. Beri contoh yang baik

Percuma jika Anda melarang si kecil terus menerus berkutat dengan gadget sedangkan Anda sendiri asyik bermain facebook dari smartphone Anda. Orangtua sekarang juga sedang berada dalam kultur absentism, kultur yang abai terhadap pengasuhan anak. Bisa jadi hal itu dikarenakan orangtua sendiri terlalu euphoria dengan gadgetnya sendiri, atau terlalu menghayati pekerjaannya yang multitasking sehingga justru menyisakan sedikit waktu untuk bercengkerama dengan keluarga, serta banyak lagi penyebab lain. Namun sebaiknya kita jangan memberi contoh yang buruk demi kebaikan anak-anak kita nantinya, dalam hal ini yang berhubungan dengan penggunaan gadget.

7. Upayakan komunikasi terbuka

Jalin hubungan yang mesra dengan anak. Cobalah untuk lebih fleksibel dengan menjadikan diri sebagai sahabat dari anak sehingga anak tidak merasa takut atau enggan ‘curhat’ pada orangtuanya. Bekali anak dengan nilai-nilai moral dan agama yang baik tanpa harus menggurui terus menerus. Cukup dengan jalin komunikasi dan diskusi yang terbuka mengenai berbagai hal akan membuat mereka membuka diri pada kedua orangtuanya.[esthi]