than this something should be a big part of your life
Seorang wali kelas sempat bercerita kepada saya bahwa “Sungguh saya terharu dengan yang terjadi pagi tadi setelah pengumuman lomba majalah dinding kelas (mading), akhirnya kami satu kelas meraih juara meskipun itu hanya juara tiga. Mungkin itulah satu kalimat yang bisa saya susun mewakili perasaan bahagia, disaat nama kelas mereka disebut dalam daftar pemenang lomba mading kelas yang diadakan perpustakaan sekolah”. Ucapan seperti ini tentunya lazim kita dengar dari pada guru disaat anak-anak mereka meraih keberhasilan, namun apakah mereka semua juga hadir disaat anak-anak mereka bekerja keras mengumpulkan semangat untuk bermimpi menjadi juara. Tentunya tidak semuanya berlaku demikian bukan, yang jamak kita lihat dan dengar adalah cibiran yang menghujamkan selaksa mimpi itu ke tanah dan hilang bagai debu diterpa angin. “Memangnya kamu bisa? atau “Memangnya kamu mampu? Pertanyaan-pertanyaan bernada sinis dan pesimistis inilah yang kerapkali meluncur dari mulut para pendidik kita yang terhormat, yang kemudian akan berubah pengakuan sepihak manakala para siswa berhasil dalam usahanya sendiri, “Itu anak-anakku, lho? Siapa dulu gurunya?”. Menurut Anda apakah ada yang aneh dari perilaku para pendidik ini? Selengkapnya