Belajar bisa dilakukan lewat berbagai cara. Kita mendapat pengetahuan implisit (hal-hal mendasar yang sepertinya kita ketahui begitu saja) karena melakukan sebuah aktivitas dan menggambarkan apa yang kita pelajari. Penelitian menujukkan bahwa manusia mempelajari ilmu deklaratif (pengetahuan eksplisit yang bisa dibagikan dengan orang lain) dari kegagalan di masa lalu.
Dengan kata lain, sukses pada usaha yang pertama tidak memberi kita pelajaran baru, tetapi kegagalan mendorong kita untuk belajar secara lebih baik di masa yang akan datang. Subjek penelitian yang menggambarkan diri sebagai tidak mempunyai bekal apa-apa tentang suatu proses mengalami terobosan yang menakjubkan dalam pemahaman setelah empat sampai enam kali kegagalan.
Dengan kata lain, sukses pada usaha yang pertama tidak memberi kita pelajaran baru, tetapi kegagalan mendorong kita untuk belajar secara lebih baik di masa yang akan datang. Subjek penelitian yang menggambarkan diri sebagai tidak mempunyai bekal apa-apa tentang suatu proses mengalami terobosan yang menakjubkan dalam pemahaman setelah empat sampai enam kali kegagalan.
Ilmu implisit dan eksplisit bisa dikembangkan secara bersamaan. Kegagalan dapat dijadikan sebuah strategi belajar hebat jika diikuti dengan penyesuaian diri selama proses pengulangan (dengan umpan balik khusus) daripada sekadar bicara dan mengeluhkannya.
(Jensen, Eric. 2007. Rahasia Otak Cemerlang. Jakarta: Penerbit Gramedia)