S e l a m a t   D a t a n g di Blog Pusat Sumber Belajar SMA Negeri 1 Kota Cirebon Info : Ferifikasi Data Siswa Baru/PPDB SMA RSBI Negeri 1 Kota Cirebon dari tanggal 5 - 15 Mei 2012 silahkan Klik ke www.smansa.ppdbrsbi-cirebon.org

Senin, 04 Oktober 2010

Membuat minyak algal



Minyak algal digembor-gemborkan sebagai salah satu sumber panas bahan baker yang ramah lingkungan, namun beberapa metode untuk mengolah regangan alga yang baik untuk digunakan sangatlah lamban dan mudah eror. Sekarang ini, para peneliti di Amerika Serikat sedang mengembangkan suatu teknik analitikal untuk mengatasi permasalahn ini dan secara dramatis mengurangi waktu yang diperlukan untuk time it membentur jackpot minyak algal.

Mirkoalga berisi tingkat lipid dan minyak tinggi yang membuat mereka menjadi perhatian yang nyata pada pencarian bahan persediaan yang dapat menyokong bagi biodiesel. Bagaimanapun, tidak semua lipid dibuat sama. Hanya asam lemak saja didalam lipid algal dapat diubah pada biodiesel – dan beberapa sangat baik ketimbang yang lainnya. Dengan regangan algal berbeda yang berisi kombinasi lipids yang berbeda, suatu tantangan utamanya adalah mengidentifikasikan spesies dengan profil asam lemak yang baik.

‘Kita memperhatikan suatu permasalahan besar pada alat analisanya disini,’ kata Al Darzins, ketua kelompok manajer pada National Renewable Energy Laboratory di Colorado. ‘Ketika orang-orang mengklaim semua persentase minyak bahwa alga mereka yang memproduksinya, kita pikir metode kimiawi [figurnya didasarkan] tidaklah sangat sempurna.’ Diatas semua ini, hal ini dapat memakan waktu berhari-hari untuk membawa bahan kimiawi basah yang diperlukan untuk menguraikan profil lipid dari regangan tunggal pada alga – sendirian di keseluruhan penyimpanan algal.

Untuk memulihkan ini, Darzins beserta timnya menerapkan suatu teknik yang berdasarkan pada spectroscopy yang mendekati infra merah (NIR) yang dapat menyingkat waktu yang diperlukan dalam mengkaraterisasikan suatu sampel alga dalam beberapa menit saja.

Dalam hal penggunaan teknik screening NIR, tim ini telah menyusun suatu model kalibrasi atau penyimpanan melawan beberapa sampel yang dibandingkan. Hal ini meliputi pembawaan bahan kimiawi basah yang pada akhirnya mengkarakterisasikan lipids didalam alga. Lipids yang berbeda juga menghasilkan sidik jari yang berbeda dan sangat berkarakter pada spektrum NIR, sehingga mengkombinasikan beberapa perangkat data membantu menghasilkan suatu model analisa yang menyeluruh.

‘Pekerjaan awal yang telah kita lakukan meliputi pengambilan beberapa biomassa alga dan menghentikannya dengan sepasang tipe lipids berbeda, baik triglycerides atau phospholipids,’ jelas Darzins. ‘Kemudia kita telah melakukan spectroscopy NIR pada beberapa sampel tersebut dan model pertama kalinya yang telah kita kembangkan menunjukkan bahwa korelasi garis lurus yang sangat bagus [antara] jumlah lipid yang kita tambahkan dengan memperhatikan seberapa banyak model yang diprediksikan.’

Sampel yang lebih banyak digunakan untuk menghasilkan tempat penyimpanan, semakin sempurna model yang dihasilkan. Sesaat diskalakan, hal ini dapat menciptakan suatu metode screening yang cepat dimana menghindari tempat penyimpanan yang luas dan memakan waktu yang lama dalam metode bahan kimiawi basah. ‘Jika anda ingin mengembangkan ratusan organisme berbeda, dengan melakukan analisa lipid dengan bahan kimiawi basah akan memakan waktu berbulan-bulan, sebaliknya jika anda dapat menggunakan ini [teknik baru], maka anda dapat melakukannya hanya beberapa menit saja,’ kata Darzins.

Sementara Darzins mengakui bahwa dengan melakukan bahan kimiawi basah yang diperlukan untuk menghasilkan model ini ‘bukanlah suatu hal yang sepele’, sesekali data dihimpun dan tersedia bagi semua peneliti yang akan diperlukan untuk dikerjakan adalah spectroscopy NIR – sekedar beberapa menit untuk mengerjakannya.

Yusuf Chisti, seorang ahli bioteknologi mikroalga pada Massey University di New Zealand, sependapat bahwa beberapa metode baru-baru ini yang digunakan untuk mengkaraterisasikan asam lemak didalam alga ‘sungguh luar biasa lambannya’.

‘Secara khusus lipids yang berbeda mempunyai karakteristik sepktra infra merah yang memungkinkan kuantifikasi berbagai jenis lipids didalam sel algal kering,’ kata Chisti. ‘Jika metode ini ditunjukkan bekerja secara tidak ambigu, ini akan sangat memfasilitasi pemilihan alga dengan profil lipid spesifik yang sangat diinginkan dalam pembuatan biodiesel.’

Pendekatan ini, katanya, akan perlu divalidasi secara tepat, dengan menambahkan bahwa perlengkapan mahal yang diperlukan merupakan satu kemunduran tekniknya.

Darzins mengatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan sejauh ini menyediakan suatu bukti konsep yang bagus, dan langkah selanjutnya akan diteruskan dengan menambahkan data dari ratusan regangan algal, kelompok ini dikumpulkan untuk memperluas dan meningkatkan model ini. Sekitar setahun kedepan kita berharap mereka akan menciptakan model yang dapat bekerja dimana para peneliti akan mampu untuk menggunakannya, dengan membawa prospek tentang tempat penyimpanan minyak algal yang kaya didalam jangkauan.

Anna Lewcock