Percobaan upload video gebyar semarak ramadhan 1431 H
Senin, 04 Oktober 2010
Sejarah Perkembangan Komputer
Komputer yang kita gunakan sekarang ini tidak serta merta muncul begitu saja melainkan melalui proses yang panjang dalam evolusinya. Hal ihwal munculnya komputer mungkin dapat dilihat dalam kilas balik sejarah sejak digunakannya Abacus – ditemukan di Babilonia (Irak) sekitar 5000 tahun yang lalu – sebagai alat perhitungan manual yang pertama, baik di lingkup sekolah maupun kalangan pedagang, saat itu. Pada periode selanjutnya telah banyak ditemukan alat-alat hitung mekanikal sejenis yaitu Pascaline yang ditemukan oleh Blaine Pascal pada tahun 1642, Arithometer oleh Charles Xavier Thomas de Colmar pada tahun 1820, Babbage’s Folly oleh Charles Babbage pada tahun 1822, dan Hollerith oleh Herman Hollerith pada tahun 1889. Kesemuanya masih berbentuk mesin sepenuhnya tanpa tenaga listrik. Ukuran dan kerumitan strukturnya berdasarkan atas tingkat pengoperasian perhitungan yang dilakukan. Barulah pada tahun 1940, era baru komputer elektrik dimulai sejak ditemukannya komputer elektrik yang menerapkan sistem aljabar Boolean.
Perkembangan teknologi komputer yang dijabarkan di bawah ini di bagi atas empat generasi berdasarkan atas komponen-komponen yang digunakannya, mulai dari yang berukuran “big” hingga mikro yang sejalan juga dengan kerumitan komponennya.
Generasi Pertama
Saat ini merupakan jamannya komputer-komputer raksasa, seperti Z3, Colossus, ENIAC, EDVAC, EDSAC, UNIVAC I. Karakteristik komputer pada zaman ini ditandai dengan ukurannya yang hampir sebesar kamar tidur, mengunakan tube vakum dengan jumlah yang amat banyak untuk menyimpan dan memproses perintah atau instruksi, memakan tenaga listrik ribuan watt, menggunakan bahasa mesin dan hanya dapat digunakan oleh orang yang terlatih. Jadi, orang awam tidak akan dapat menggunakannya sehingga komputer jenis ini belum dikomersialisasikan ke khalayak ramai. Hanya perusahaan-perusahaan besar, institusi pendidikan dan instansi pemerintah yang menggunakannya.
Generasi Kedua
Jaman ini dimulai dengan pemakaian transistor dan dioda sebagai pengganti dari tube vakum sehingga sizenya lebih kecil dibandingkan generasi pendahulunya. Penemuan lainnya yaitu penggunaan memori inti magnetik yang berfungsi menyimpan data, sehingga lebih cepat dalam pemrosesan data, serta bahasa mesin telah digantikan dengan bahasa assembly (Fortran dan Cobol) yang memudahkan dalam pengoperasiannya. Beberapa contoh komputer pada masa ini, yaitu Stretch, LARC, DEC PDP-8, IBM 1401, IBM 7090 dan IBM 7094.
Generasi Ketiga
Era baru komunikasi komputer mulai menapakkan kakinya pada momentum ini. Sebagian besar perusahaan-perusahaan besar menerapkan sistem on-line dengan menggunakan terminal jarak jauh dalam pemakaian komputer (baca : on-line). Teknologi ini tentunya didukung pula oleh kinerja komputer yang semakin baik dari segi penggunaan hardware maupun software. Penemuan baru di bidang hardware dilakoni dengan munculnya IC (Integrated Circuit) dalam komponen komputer. Karena kelebihannya dalam menyatukan berbagai komponen-komponen dalam suatu chip tunggal sehingga komputer pada saat itu ukuran komputer menjadi semakin kecil tanpa menurunkan kinerja yang dihasilkan, bahkan semakin meningkatkan kinerjanya. Pada bagian software, teknik-teknik pemrograman jamak (Multi Programming) mulai dikembangkan sehingga makin menambah koleksi berbagai bahasa pemrograman yang ada. Cray-1, UNIVAC 90/30 dan IBM 360 adalah beberapa contoh komputer pada generasi ini.
Generasi Keempat
Seiring dengan lajunya waktu perkembangan komputer sebagai alat pemrosesan data semakin meningkat pesat terutama pada generasi ini. Kecepatannya yang semakin bertambah berbanding terbalik dengan ukurannya yang semakin kecil dengan didukung oleh kemampuan memori yang lebih besar. Harganya pun semakin murah disebabkan oleh karena komponen-komponennya telah diproduksi dan dijual secara missal. Pada periode ini berbagai IC disatukan menjadi satu kesatuan membentuk komponen yang disebut dengan VLSI (Very Large Scale IC). Penggunaan perangkat lunak yang semakin mudah dan berkembang mulai diterapkan pada komputer-komputer rumahan, seperti word processing dan spreadsheet. Jaringan internet pun makin luas yang dahulunya hanya dinikmati oleh kelompok-kelompok elite kini sudah bisa digunakan juga oleh masyarakat awam. Penggunaan mikroprosessor kini tidak mutlak lagi digunakan hanya pada komputer melainkan sudah diaplikasikan pada produk-produk elektronik lainnya, seperti televisi dan microwave. Melihat perkembangan dunia komputer yang tingkat pertumbuhannya sangat tinggi mulai dari generasi awal hingga sekarang ini dapat kita prediksikan bagaimana karakteristik komputer pada generasi mendatang. Mungkin saja, komputer nantinya tidak harus terus didikte oleh manusia tetapi ia sudah dapat melakukan segala sesuatunya sendiri. Boleh dikata kemampuannya sudah menyerupai kepandaian manusia. Kemampuan seperti itu (Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelegence) kini aktif diteliti oleh negara-negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat.
Penulis
Azhar Bakri H.
Sumber :
* http://ittutor.net/forums/lofiversion/index.php/t9179.html
* http://linux.or.id/node/982
* http://www.freewebtown.com/ardiz/sejarah_komputer.html
* http://www.sony-ak.com/articles/4/computer_history.php
* Nugroho, E. 1991. Pengenalan Komputer. Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.
Soal Iptek Indonesia, Selalu Tertinggal?
Indonesia Harus Secepatnya Produksi Kendaraan Bermotor Murah dan Hijau
PERNYATAAN Direktur Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika (IATT) Departemen Perindustrian RI Budi Dharmadi kepada pers baru-baru ini yang mengungkapkan telah melakukan pengkajian dan pengembangan konsep mobil murah (low cost vehicle) dan hijau (economic green vehicle), sangat menarik dan patut dicermati.
Hal tersebut dinyatakan Budi Dharmadi sebagai tanggapan atas desakan berbagai kalangan komunitas pecinta otomotif di tanah air agar konsep mobil murah dan hijau sekaligus berteknologi tinggi secepatnya diterapkan pemerintah mengingat kondisi ekonomi Indonesia yang tidak menentu yang berimbas pada kelesuan daya beli masyarakat khususnya bisnis otomotif.
Alasan lain, Indonesia merupakan salah satu penghasil polusi tertinggi di kawasan Asia bahkan di dunia, dimana penyumbang polusi tertinggi berasal dari gas buangan (emisi) berbagai jenis kendaraan bermotor. Solusi untuk mereduksi polusi salah satunya membuat kendaaraan ramah lingkungan.
Ditilik dari aspek kebijakan teknologi, pernyataan Budi Dharmadi mengindikasikan pemerintah agak terlambat merespon atau sedikit kekurangjelian dalam upaya mentransformasi perkembangan teknologi otomotif di dunia saat ini yang berorientasi pada konsep kendaraan murah dan hijau berteknologi tinggi seperti mobil berbasis hybrid, listrik, ataupun biodiesel. Tak usah jauh-jauh, negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Australia sudah enam-tujuh tahun yang lalu melakukan kajian pengembangan sekaligus standarisasi industri otomotif berteknologi tinggi yang murah dan hijau.
Belum Fokus
Fakta yang terjadi, seluruh investor dan produsen otomotif di tanah air masih belum terfokus memikirkan kemampuan untuk memproduksi mobil berkonsep hybrid atau motor listrik bahkan biodiesel. Sementara, negara-negara maju saat ini berambisi dan membuat target agar mobil-mobil berteknologi hybrid, biodiesel, dan listrik harus sudah memenuhi standarisasi dan diproduksi secara besar-besaran dua tiga tahun ke depan.
Salah satu contoh, Jepang, dimana target paling lambat 2012 semua kendaraan di Jepang harus memenuhi standar emisi ketat dari pemerintah yang telah ditetapkan dimana standard-nya paling bersih di dunia. Reaksi pun ditanggapi serius. Produsen kendaraan bermotor Jepang, Mitsubishi, misalnya, telah siap dan komit memproduksi mobil listrik komersial versi mereka yaitu dua varian i-MIEV (Mitsubishi Innovation Electric Vehicle) secara besar-besaran pada 2010.
Dampak global warming membuat kebijakan pemerintah Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara Eropa berambisi menginginkan agar penggunaan bahan bakar berbasis minyak bumi ditiadakan pada masa-masa yang akan datang.
Bagi produsen otomotif di Indonesia, banyak alasan teknis maupun non-teknis yang muncul kenapa masih belum mengupayakan membuat kendaraan yang murah dan ramah lingkungan.
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) Bambang Trisulo yang menjelaskan alasan bahwa tren mobil murah belum melanda Indonesia tentunya tidak masuk akal.
Anehnya alasan berbeda dilontarkan Komisaris Utama Grup Indomobil, Soebronto Laras yang mengatakan strategi kebijakan perusahaan dan investasi yang sudah terlanjur dibuat dan didisain oleh para produsen kendaraan bermotor di tanah air, tidak mungkin diubah dalam sekejap mata.
Soebronto Laras juga berpendapat, pemerintah Indonesia belum membuat gebrakan dalam berbagai kebijakan terkait industri otomotif termasuk standarisasi sistem alat transportasi jangka panjang terutama yang berkaitan dengan aplikasi teknologi tinggi berbasis listrik, hybrid atau pun biodiesel yang menguntungkan bagi semua pihak.
Pernyataan Soebronto Laras memang ada benarnya. Buktinya, bagaimana mau bisa membuat mobil listrik dengan SPBU-SPBU listriknya, sedangkan strategi dan kebijakan energi pemerintah terutama soal PLN masih bermasalah dan harus banyak dibenahi.
Namun demikian, dibalik pernyataan Soebronto masih ada indikasi lain yaitu soal profital secara komersial selalu lebih diutamakan bagi para produsen kendaraan bermotor konvensional di Indonesia ketimbang membuat alternatif mobil murah berteknologi tinggi apalagi membuat mesin yang ramah lingkungan.
Dampak Negatif
Apabila cara seperti itu diterapkan terus, justru berdampak negatif pada kondisi sistem dan alat transportasi Indonesia yang tidak memiliki kemajuan sama sekali. Misalnya, ketergantungan ketersediaan BBM bagi pengguna kendaraan bermotor konvensional sangat tinggi bahkan tendensinya akan selalu ke arah ekonomi high-cost.
Efek lain yang paling fatal, kekacauan implementasi standarisasi kelak ketika transformasi dari mesin konvensional ke mesin hijau berteknologi tinggi diterapkan secara mendadak. Efek ini berupa ketidaksiapan dan standarisasi sistem, misalnya kurangnya SPBU berbasis listrik atau biodiesel, suku cadang bergantung impor, bengkel-bengkel repair atau service centre yang belum ada, dan bahkan tidak siapnya montir-montir ahli.
Contoh ketidaksiapan sistem moda transportasi di Indonesia dapat dilihat pada problem taksi dan bus TransJakarta yang mesinnya berbahan bakar gas (BBG). Banyak taksi dan bus TransJakarta mengantre panjang di beberapa wilayah di Jakarta karena kurangnya SPBU-SPBU berbasis BBG. Akibatnya, banyak penumpang bus TransJakarta membanjir dan antre panjang pada jam sibuk di hampir semua hall terminal bus TransJakarta. Keadaan tersebut menimbulkan efek psikologis dan cenderung menimbulkan stress bagi para pengguna moda transportasi bus TransJakarta. Kondisi ini diperparah dengan kemacetan yang kian tinggi di hampir semua ruas-ruas jalan utama di Jakarta.
Punya Kemampuan
Apapun kendalanya, sesungguhnya Indonesia mampu membangun industri otomotif berteknologi tinggi yang murah terjangkau juga berorientasi ramah lingkungan. Upaya untuk memproduksi mobil atau sepeda motor berteknologi tinggi yang murah dan hijau memang tidak mudah tetapi sebetulnya sudah bisa dibangun dan diproduksi di dalam negeri. Soal SDM jangan diragukan, jika perlu terus dibina (training) secara kontinu. Artinya, Indonesia mempunyai kemampuan, kok. Bahkan, sudah banyak ahli merekomendasikan kendaraan listrik cocok diterapkan di Indonesia di masa depan.
Apa yang dikatakan Budi Dharmadi, bagaimana pun ada aspek positif yang muncul dimana pemerintah sebetulnya memikirkan untuk membuat kendaraan bermotor berteknologi tinggi yang murah dan hijau di Indonesia.
Problemnya, hanya soal komitmen dan dukungan dari semua semua pihak. Jika semua pihak deal dan siap, pemerintah tidak perlu cemas dalam hal membuat kebijakan dan koordinasi. Mudah-mudahan hasil kajian Departemen Perindustrian secepatnya direspon dan diwujudkan.
Intinya, Indonesia harus terus beradaptasi terhadap perkembangan maupun evolusi industri otomotif di seluruh dunia. Jangan sampai dicap bahwa Indonesia selalu tertinggal dalam urusan transformasi evolusi teknologi.
Daniel Saut Goeltom, SSi
Penulis Fisikawan dan Pemerhati Perkembangan Sains dan Teknologi Indonesia
Materi Pengayaan UN 2011
Mulai besok, sekolah kita akan mulai melaksanakan pengayaan untuk menghadapi ujian nasional 2011. P iyan berharap seluruh siswa dapat mengikuti kegiatan ini dengan bersemangat , karena ini bukan penganiayaan. ;) )
Untuk membantu mengetahui materi yang akan diberikan dan di bahas dalam pengayaan, P iyan publish SKL (standar kompetensi lulusan) yang di gunakan sebagai bahan materi penguatan pengayaan di sekolah. Sementara SKL yang digunakan adalah SKL Un 2010. Sambil menunggu SKL terbaru dari kemendiknas.
Seperti biasanya silahkan unduh di sini yaaaa …….. SKL
Fungsi Baru Bagi TRNA
Ketemu! Pengikatan tRNA (bagian tengah, hijau dan kuning) terhadap cytochrome c (merah) ang dilepaskan oleh mitochondrion (kiri) membatasi formasi suatu kompleks yang menaikkan apoptosis (atas kanan).
Temuan terbaru mengindikasikan bahwa transfer RNA (tRNA) mempunyai fungsi lain sebagai tambahan terhadap peranan yang telah ada sekian lama pada pengekspresian gen. tRNA juga membantu mengontrol apoptosis, atau memprogramkan sel mati, menurut sebuah tim yang dipimpin oleh peneliti ahli biologi kanker yaitu Xiaolu Yang pada University of Pennsylvania (Mol. Cell 2010, 37, 668).
Selama pengekspresian gen, DNA dicatat pertama-tama kedalam pemberi pesan RNA. Kemudian, molekul-molekul tRNA—masing-masing membawa asam amino sebagai muatannya—mengikat pada nukleotida pada pemberi pesan RNA. Suatu ribosome menghubungkan asam amino tersebut secara bersama-sama untuk membentuk suatu protein, dan tRNA yang tidak bermuatan sesudah itu dilepaskan.
Sekarang ini, “untuk pertama kalinya, kita menunjukkan bahwa tRNA mempnyai peranan jelas melampaui transmisi informasi genetis,” kata Yang. “Ini sebenarnya memblok apoptosis.”
Apoptosis menghilangkan sel-sel berbahaya, tidak diinginkan dan rusak. Ini dapat dipicu dengan sinyal-sinyal baik dari dalam dan luar sel. Sinyal-sinyal dari dalam, seperti kerusakan DNA, pembangkit tenaga sel yang tepat, atau mitochondria, guna melepaskan cytochrome c kedalam zat cair gas intrasellular, yang dikenal sebagai cytosol. Mitochondria biasanya menggunakan cytochrome c untuk menghasilkan adenosine triphosphate, yang memberi tenaga pada metabolisme. Namun saat dilepaskan kedalam cytosol, sebagai gantinya cytochrome c mengikat pada protein Apaf-1, yang mengaktifkan caspases yang membelah berbagai selular protein, yang pada akhirnya membunuh sel.
Yang, bersama-sama dengan Yide Mei, Jeongsik Yong, dan beberapa kolega lainnya, telah menemukan bahwa tRNA juga mengikat pada cytochrome c, menghentikannya dari pengikatan pada Apaf-1 dan dengan demikian mencegah apoptosis.
Para peneliti telah “membuka mata tingkat yang tidak diperkirakan sepenuhnya tentang kontrol pada proses apoptotic,” komentar Bram J. van Raam dan Guy S. Salvesen, yang memelajari apoptosis dan sel mati pada Sanford-Burnham Medical Research Institute, di La Jolla, Calif. (Mol. Cell 2010, 37, 591). Raam dan Salvesen menganjurkan bahwa temuan ini juga “mungkin mengindikasikan tingkat kontrol nuklir penting dan baru terhadap metabolisme mitochondrial.”
Membuat minyak algal
Minyak algal digembor-gemborkan sebagai salah satu sumber panas bahan baker yang ramah lingkungan, namun beberapa metode untuk mengolah regangan alga yang baik untuk digunakan sangatlah lamban dan mudah eror. Sekarang ini, para peneliti di Amerika Serikat sedang mengembangkan suatu teknik analitikal untuk mengatasi permasalahn ini dan secara dramatis mengurangi waktu yang diperlukan untuk time it membentur jackpot minyak algal.
Mirkoalga berisi tingkat lipid dan minyak tinggi yang membuat mereka menjadi perhatian yang nyata pada pencarian bahan persediaan yang dapat menyokong bagi biodiesel. Bagaimanapun, tidak semua lipid dibuat sama. Hanya asam lemak saja didalam lipid algal dapat diubah pada biodiesel – dan beberapa sangat baik ketimbang yang lainnya. Dengan regangan algal berbeda yang berisi kombinasi lipids yang berbeda, suatu tantangan utamanya adalah mengidentifikasikan spesies dengan profil asam lemak yang baik.
‘Kita memperhatikan suatu permasalahan besar pada alat analisanya disini,’ kata Al Darzins, ketua kelompok manajer pada National Renewable Energy Laboratory di Colorado. ‘Ketika orang-orang mengklaim semua persentase minyak bahwa alga mereka yang memproduksinya, kita pikir metode kimiawi [figurnya didasarkan] tidaklah sangat sempurna.’ Diatas semua ini, hal ini dapat memakan waktu berhari-hari untuk membawa bahan kimiawi basah yang diperlukan untuk menguraikan profil lipid dari regangan tunggal pada alga – sendirian di keseluruhan penyimpanan algal.
Untuk memulihkan ini, Darzins beserta timnya menerapkan suatu teknik yang berdasarkan pada spectroscopy yang mendekati infra merah (NIR) yang dapat menyingkat waktu yang diperlukan dalam mengkaraterisasikan suatu sampel alga dalam beberapa menit saja.
Dalam hal penggunaan teknik screening NIR, tim ini telah menyusun suatu model kalibrasi atau penyimpanan melawan beberapa sampel yang dibandingkan. Hal ini meliputi pembawaan bahan kimiawi basah yang pada akhirnya mengkarakterisasikan lipids didalam alga. Lipids yang berbeda juga menghasilkan sidik jari yang berbeda dan sangat berkarakter pada spektrum NIR, sehingga mengkombinasikan beberapa perangkat data membantu menghasilkan suatu model analisa yang menyeluruh.
‘Pekerjaan awal yang telah kita lakukan meliputi pengambilan beberapa biomassa alga dan menghentikannya dengan sepasang tipe lipids berbeda, baik triglycerides atau phospholipids,’ jelas Darzins. ‘Kemudia kita telah melakukan spectroscopy NIR pada beberapa sampel tersebut dan model pertama kalinya yang telah kita kembangkan menunjukkan bahwa korelasi garis lurus yang sangat bagus [antara] jumlah lipid yang kita tambahkan dengan memperhatikan seberapa banyak model yang diprediksikan.’
Sampel yang lebih banyak digunakan untuk menghasilkan tempat penyimpanan, semakin sempurna model yang dihasilkan. Sesaat diskalakan, hal ini dapat menciptakan suatu metode screening yang cepat dimana menghindari tempat penyimpanan yang luas dan memakan waktu yang lama dalam metode bahan kimiawi basah. ‘Jika anda ingin mengembangkan ratusan organisme berbeda, dengan melakukan analisa lipid dengan bahan kimiawi basah akan memakan waktu berbulan-bulan, sebaliknya jika anda dapat menggunakan ini [teknik baru], maka anda dapat melakukannya hanya beberapa menit saja,’ kata Darzins.
Sementara Darzins mengakui bahwa dengan melakukan bahan kimiawi basah yang diperlukan untuk menghasilkan model ini ‘bukanlah suatu hal yang sepele’, sesekali data dihimpun dan tersedia bagi semua peneliti yang akan diperlukan untuk dikerjakan adalah spectroscopy NIR – sekedar beberapa menit untuk mengerjakannya.
Yusuf Chisti, seorang ahli bioteknologi mikroalga pada Massey University di New Zealand, sependapat bahwa beberapa metode baru-baru ini yang digunakan untuk mengkaraterisasikan asam lemak didalam alga ‘sungguh luar biasa lambannya’.
‘Secara khusus lipids yang berbeda mempunyai karakteristik sepktra infra merah yang memungkinkan kuantifikasi berbagai jenis lipids didalam sel algal kering,’ kata Chisti. ‘Jika metode ini ditunjukkan bekerja secara tidak ambigu, ini akan sangat memfasilitasi pemilihan alga dengan profil lipid spesifik yang sangat diinginkan dalam pembuatan biodiesel.’
Pendekatan ini, katanya, akan perlu divalidasi secara tepat, dengan menambahkan bahwa perlengkapan mahal yang diperlukan merupakan satu kemunduran tekniknya.
Darzins mengatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan sejauh ini menyediakan suatu bukti konsep yang bagus, dan langkah selanjutnya akan diteruskan dengan menambahkan data dari ratusan regangan algal, kelompok ini dikumpulkan untuk memperluas dan meningkatkan model ini. Sekitar setahun kedepan kita berharap mereka akan menciptakan model yang dapat bekerja dimana para peneliti akan mampu untuk menggunakannya, dengan membawa prospek tentang tempat penyimpanan minyak algal yang kaya didalam jangkauan.
Anna Lewcock
Langganan:
Postingan (Atom)